Wednesday 29 April 2009

sambungan kisah Zainab

sambungan kisah zainab....

Mula ditahan dalam tahun 1965, ketika itu usianya sekitar 44 tahun. Akibat dari penyeksaan yang dahsyat yang ditanggungnya dalam tahanan ketika diambil statement oleh pendakwa, mereka menyangka umurnya lebih 90 tahun, pada hal umurnya ketika itu 44 tahun — menunjukkan betapa beratnya seksaan yang dilakukan oleh rejim Jamal Abdel Nasser.


Zainab Al-Ghazali mengasaskan penubuhan "Jamaah Saidatina Muslimah". Satu gerakan wanita yang selari dengan Ikhwan Muslimin yang mempunyai method cara dan matlamat yang sama dengan Ikhwan Muslimin.

Meski pun beliau dipilih menjadi ketua pertama Jamaah itu, namum beliau telah berbai'ah dengan Mursyidul Ikhwan Muslimin, Hassan Al-Banna, pada penghujung abad 14 hijrah beliau ditugaskan memimpin Jemaah Saidatina Muslimah.


Tujuan jamaah ini ialah untuk memimpin wanita Islam dan menyedarkan mereka serta mengangkat darjat mereka untuk menyebarkan panji-panji Islam, agar memahami Islam, agar wanita-wanita Islam dapat menjalankan peranan wanita dengan mengikut contoh wanita salafus soleh.


Dengan itu mereka berkeyakinan umat Islam akan dapat dibangunkan semula dan negara Islam akan dapat ditegakkan dengan lelaki yang dididik oleh wanita yang bernaung di bawah Al-Quran dan As-Sunnah. la berjuang meletakkan wanita sebagai ibu yang dapat mendidik rijal (pejuang) untuk membangunkan Islam.


Ketika itu proses pembaratan sedang hebat berlaku di Mesir. Kemasukkan sosial budaya barat sedang berlaku dan terus melanda budaya umat Islam — pakaian , tingkah laku dan pemikiran mereka sedang hanyut dalam budaya Barat yang menunju ke arah kehancuran. Inilah dia belenggu sekularisma. Zainab Al-Ghazali berjuang membebaskan belenggu sekularisma ini.


Beliau sangat yakin bahawa masa depan umat ini bergantung kepada peranan ibu-ibu, oleh kerana itu gerakan beliau ini antaranya untuk memberi pimpinan yang wajar pimpinan Islam kepada wanita Islam. Untuk melahirkan rijal, tenaga lelaki yang bersedia menjualkan dirinya untuk Islam. Tanggungjawab umat hari ini, sangat berat iaitu membebaskan diri dari kongkongan dan cengkaman sekularisma yang meuguasai negara mereka, membebaskan diri mereka daripada jahiliyah yang sedang mengongkong hati dan pemikiran mereka. Tanggungjawab ini sangat berat. Sekularisma bukan sahaja wujud sebagai teori semata-mata bahkan ia wujud sebagai institusi yang mengikat teguh sesamanya.


kehebatan seorang ibu dapat dilihat di sini....

1 comment:

  1. PKS , Partai yang Paling Melecehkan Perempuan Indonesia


    Bicara tentang peran partai terhadap kemajuan Perenpuan Indonesia yang boleh disebut, bahkan menghambat karier perempuan di Indonesia adalah PKS. Partai ini bukan hanya diskriminatif terhadap perempuan, tetapi juga melecehkan keberadaan perempuan, sebagai istri dan ibu.
    Bagaimana tidak melecehkan? Coba lihat, mulai presiden partai, Tifatul Sembiring hingga Sekjennya Anismata, plus pengurus partainya, hampir semua melakukan Poligami. Ironisnya, saat masalah poligami dipertanyakan, dengan enteng salah satu orang DPP PKS mengatakan, bahwa pengurus PKS memang diperbolehkan melakukan poligami, dengan alasan kenyataannya , jumlah perempuan Indonesia lebih banyak dibandingkan laki-laki. Tentu saja, di luar alsan ISLAM memang mmbolehkan Poligami.
    Coba bayangkan betapa naifnya, orang-orang yang duduk di Partai yang notabene katanya berjuang untuk rakyat, tapi malah melecehkan perempuan. Bukankah perempuan itu bagian dari rakyat? Nah, kalau sampai orang-orang dari PKS yang menghalalkan dan malah menganjurkan poligami , menjadi pemimpin di negeri ini, betapa menderitanya kaum perempuan di Indonesia, karena bisa jadi Undang _Undang yang dulu melarang pegawai negeri/ABRI menikah lagi itu, akan dihapus oleh PKS dan diubah untuk “boleh menikah lebih dari satu”.
    Tak hanya itu, PKS juga partai yang tidak menghargai arti “cinta sejati” dan bahkan cenderung mengabaikan perasaan anak-anaknya. Lihat apa yang dilakukan pendiri PKS, Hidayat Nur Wahid. Belum kering tanah kuburan istrinya, sudah menikah lagi, bahkan belum hitungan setahun istri barunya sudah melahirkan. Coba bayangkan, pernah beliau ini menghitung bagaimana perasaan keluarga istri pertamanya yang sudah meninggal dan anak-anaknya yang baru kehilangan ibunya? Apapun alasannya, para kaum lelaki PKS ini sepertinya lebih mementingkan pemuasan shahwad, ketimbang menghargai perasaan manusia. Orang seperti inikah yang akan kita jadikan pemimpin? Keteladanan apa yang bisa kita tiru?
    Di luar melakukan pelecehan kepada perempuan Indonesia, PKS juga tidak menghargai eksistensi wanita untuk berkarier. Coba saja salah satau alasan PKS tidak mendekat PDIP hanya karena pemimpinanya perempuan, Megawati. Soal mengapa PKS tidak setuju dengan eksistensi perempuan sebagai pemimpin ditanyakan dalam wawancara di sebuah televisi, Hodayat Nur Wahid dengan santai mengatakan, “kalau masih ada lelaki, mengapa perempuan?”. Masyaallah, kalau semua orang PKS punya pendapat yang demikian, betapa tidak adilnya sikap PKS ini terhadap perempun yang memang punya kemampuan dalam memimpin,baik di politik, ekonomi, atau apapun juga. Ini sama dengan kita kaum perempuan dibawa ke jaman Jahiliyah, karena perempuan hanya akan dianggap sebagai konco wingking (teman di belakang), budak, pembantu dan pemuas nafsu.
    Wahai perempuan Indonesia inikah partai yang akan Anda dukung? Dari partai inikah kita akan memiliki pemimpin di negeri ini? Kalau jawaban kita “iya”, betapa bodohnya kita!

    ReplyDelete